Feeds:
Pos
Komentar

Posts Tagged ‘tingkah laku negatif anak’


Lovely_illustration_of_Parents_daughter_watching_snail_on_leaf_wallcoo.com

Menjadi orang tua, menurut saya adalah peran yang paling sulit di dunia. Jika Allah meletakkan surgaNya ditelapak kaki seorang ibu, dan ridhoNya pada seorang manusia berdasarkan pada ridho orang tuanya, maka peran menjadi orang tua pastilah bukan peran yang mudah untuk disandang,  karena dia dilekatkan pada makna dan fungsi keIlahian yang mistis dan sakral. Peran ini pastilah peran yang sangat mulia,  sehingga pantas diganjar dengan surga dan dilekatkan dengan kasih sayang dan ridhoNya. Itu jika kita gunakan sudut pandang akhirat untuk memahami betapa tingginya makna peran orang tua.

Dari sudut pandang dunia, jika saja job deskripsi dari pekerjaan parenting (mengasuh anak) tertulis dengan jelas hitam diatas putih, tanpa diragukan lagi pasti akan sedikit sekali orang yang mau mengerjakan pekerjaan ini.  Namun untunglah tidak demikian, karena ternyata,  selalu setiap tahunnya berjuta orang akhirnya melakukan pekerjaan ini walaupun tanpa pelatihan yang mendahuluinya, tanpa menyelesaikan pendidikan khusus terlebih dahulu, dan tanpa pengalaman sebelumnya.

Ketika menjadi orang tua dan sebagai orang tua,  tiba-tiba saja kita diharapkan menjadi seorang yang ahli dalam perkembangan anak, seorang komunikator yang fasih dalam mengekspresikan cinta dan kasih sayang, penerimaan, moral dan nilai-nilai, seorang disiplinarian yang kuat, yang tahu kapan harus bertindak tegas dan kapan berlaku adil, seorang yang dapat mengeringkan air mata dan dapat mengobati luka, seorang perawat yang tahu apa yang harus dilakukan dengan berbagai macam penyakit, seorang guru yang harus tahu bagaimana mengerjakan pekerjaan rumah seluruh mata pelajaran dari mulai membaca sampai algoritma, seorang psikolog yang bisa mengobati patah hati dan meningkatkan harga diri, dan penjaga perdamaian yang dapat meredakan konflik di dalam rumah serta menjembatani berbagai ketidak sepakatan dalam berbagai hal.

Inilah tugas, job deskripsi dari pekerjaan sebagai orang tua. Semua memahami bahwa hal tersebut adalah tugas yang sulit, dan bahwa tidak seorangpun apakah orang tua, profesional atau seorang ahli sekalipun, bisa melakukan semua hal yang disyaratkan dalam tugas ke-orang tua-an dapat  melakukannya dengan sempurna pada setiap anak, pada setiap waktu. Semua orang tua melakukan kesalahan, sebab mereka adalah manusia. Dan manusia, menurut Penciptanya adalah tempatnya salah.

Mungkin juga bagi sebagian orang, mengerjakan tugas-tugas orang tua seperti yang tersebut diatas, tidaklah serumit membacanya. Terutama jika suasana rumah hangat selalu, ada pasangan setia yang mengerti dan mendukung,  serta anak-anak bersikap manis dan bisa diatur, pokoknya everything is under controlled deh,  menjadi orang tua tidaklah sesulit yang kita pikirkan. Masalahnya adalah, pada saat anak-anak bertingkah laku negatif dan sulit dikendalikan, sementara pasangan sama bingungnya, dan keluarga besar juga tidak tahu harus berbuat apa. Maka, lengkaplah sudah kegalauan kita sebagai orang tua, (jika meminjam istilah ABG sekarang, mungkin galaunya sudah tingkat dewa….hehe)

Salah satu pendekatan yang bisa dijadikan kerangka untuk memahami anak-anak yang bertingkah laku negatif, jika merujuk pada teori Alfred Adler (disebut sebagai Adlerian Approach), adalah bahwa semua tingkah laku itu bertujuan dan semua tingkah laku individu termasuk tingkah laku anak-anak didorong oleh usaha untuk meraih tempat yang berarti dalam kelompok sosialnya (striving for significance within the social group). Ini bermakna, tingkah laku anak-anak, termasuk tingkah laku negatifnya digerakkan oleh usahanya untuk menunjukkan identitasnya yang khas dan untuk menumbuhkan perasaan dalam dirinya bahwa ia dimiliki (diakui) oleh kelompok sosialnya.

Pembentukan Identitas yang khas, (oleh ahli lain sering kali diterjemahkan sebagai self actualization, self expansion, dan competence) dimulai dengan usaha individu untuk mengatasi perasaan tidak mampu (feelings of inferiority) yang digeneralisasi oleh anak-anak dalam bentuk perasaan tak berdaya dan tergantung kepada orang dewasa atau orang tuanya. Perasaan tidak mampu ini, oleh anak-anak tidak dipandang sebagai sesuatu yang negatif, justru mereka pandang sebagai sesuatu yang memotivasi atau mendorong, sebuah energi yang mendorong mereka untuk keluar dari perasaan itu dan berusaha menguasai dunianya. Dorongan untuk melepaskan diri dari ketidak berdayaan yang semula mereka rasakan ini, akan sangat jelas terlihat pada saat anak memasuki usia 2-3 tahun. Anak-anak mulai belajar dan berusaha menunjukkan kemandirian dan kemampuannya, dengan bertingkah laku menolak dibantu saat melakukan berbagai hal, dan ingin melakukan segala hal sendiri. Dari mulai makan sendiri, menentukan menu makanan sendiri, mengambil minum sendiri, memakai baju sendiri, memilih baju sendiri, dll. Masalah akan muncul justru ketika rasa tidak mampu ini ditampilkan anak  secara berlebihan dalam bentuk tingkah laku yang betul-betul menunjukkan ketidak berdayaannya dengan cara bergantung sepenuhnya pada orang dewasa di sekitarnya. Anak-anak inilah yang kemudian menjadi anak-anak yang pasif, penakut dan tidak berdaya jika tidak ada orang dewasa disekelilingnya.

Adlerians menggunakan pendekatan yang menyeluruh untuk memahami gaya hidup yang khas dari seorang individu. Gaya hidup (lifestyle) merujuk pada keyakinan dasar bahwa setiap anak berkembang, untuk membantu mereka memahami dan mengatasi dunianya. Keyakinan ini dipengaruhi oleh persepsi anak mengenai  berbagai kejadian dan interaksi mereka dengan orang lain, khususnya dengan anggota keluarga. “Gaya hidup mereka dibentuk oleh pelajaran-pelajaran yang mereka dapatkan dalam drama keluarga mereka, dimana orang tua dan saudara-saudaranya menjadi bagian yang bermain dalam drama tersebut” (Dinkmeyer, Pew, 1979). Menurut Dreikurs dan Grey (1968), jika orang tua tidak mengenali dan memahami keinginan anak akan rasa dimiliki,  atau tidak mampu atau tidak mau meresponnya dengan cara yang memungkinkan anak untuk memuaskan tujuan dasarnya dengan cara yang baik, kooperatif, kolaboratif dan tingkah laku positif, maka mereka akan mengembangkan tujuan yang salah, yang hasilnya akan tampil dalam bentuk variasi berbagai  tingkah laku yang negatif. Anak-anak yang bertingkah laku negatif adalah anak-anak yang tidak didukung, anak-anak yang berpikir dengan cara yang salah bahwa tingkah laku yang mereka tampilkan adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan penerimaan dari orang lain yang mereka sangat ingin dan butuhkan.

Empat  Tujuan Tingkah Laku Negatif Anak

Adlerian meyakini bahwa anak-anak bertingkah laku sesuai tujuan mereka, dan tujuan itu sesuai dengan kebutuhan mereka akan penerimaan dan persetujuan dari lingkungannya. Pertama kali, anak-anak akan mencoba bertingkah laku sesuai dengan tuntutan sosial, kemudian ketika hal tersebut tidak berhasil, mereka akan melakukan tingkah laku negatif untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Esensinya, kebutuhan akan perasaan dimiliki  dan diterima pada diri anak sangat kuat, sehingga anak-anak akan melakukan segala cara untuk mendapatkannya.  Dreikurs dan Soltz mengklasifikasikan semua tingkah laku negatif anak kedalam empat kategori, masing-masing berkorelasi dengan tujuan yang sesuai yaitu perhatian, kekuasaan, balas dendam dan rasa tidak mampu.

Jadi, siapa siap jadi orang tua?

(bersambung ke “MEMAHAMI TUJUAN TINGKAH LAKU NEGATIF ANAK” yang sedang dalam proses penulisan)

Read Full Post »