Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘campur-campur’ Category


gambar anak7

 

…Tidak seperti orang tuanya, anak-anak tidak menganggap bahwa perceraian sebagai kesempatan kedua, dan ini menjadi bagian dari penderitaan mereka. Mereka percaya bahwa masa kecil mereka telah hilang selamanya….tetapi sesungguhnya anak-anak yang hidup dalam perceraian memang memiliki kesempatan kedua di masa depan yang mereka khawatirkan…-Wallerstein & Blakeslee.

 

PERPISAHAN DAN PERCERAIAN

Keluarga adalah sebuah system support pertama yang dimiliki anak-anak, dan merupakan ikatan attachment yang dimiliki anak dengan orang tuanya, yang merupakan faktor pembentuk perkembangan rasa percaya pada anak. Ikatan ini memberikan kontribusi yang sangat besar dalam mengembangkan kemampuan anak untuk mencintai dan dicintai, dan merupakan sentral dari perkembangan kepribadian yang sehat. Bahkan dalam perceraian yang tetap mampu memberikan attachment yang aman (secure attachment) sekalipun, perjalanan untuk mendapatkan perkembangan dan pertumbuhan yang sehat, tidaklah mudah dan lancar. Selalu ada hal-hal yang mengingatkan kembali anak pada konflik-konflik yang pernah terjadi dan membuat mereka menolak untuk menatap masa depan. Kemunduran ini merupakan reaksi yang normal bagi anak dalam rangka mencari tempat yang lebih aman saat mereka merasa tertekan. Begitu anak tumbuh dan berinteraksi dengan dunia sosial yang lebih luas, kualitas hubungan mereka dengan anggota keluarga yang lain dan hubungan dengan ayah dan ibu menjadi sangat penting dan akan terus berpengaruh terhadap perkembangan anak. Anak-anak membutuhkan dukungan dari keluarga dan orang lain yang penting bagi mereka untuk mengatasi kemunduran perkembangan yang kadang-kadang terjadi, dan untuk mengembalikan mereka pada perkembangan yang sehat yang sebelumnya telah dicapai.

Perpisahan dan perceraian merepresentasikan konflik situasional dalam keluarga yang semakin memperburuk konflik pada suatu tahap perkembangan yang mungkin sedang dialami anak sesuai tahap perkembangannya. Ketika sebuah keluarga terpecah, anak-anak biasanya mengalami kekurangan salah satu aspek pendukung untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, dan mengalami perasaan kehilangan yang sangat besar. Perasaan kehilangan yang berkaitan dengan perceraian sama dengan perasaan kehilangan yang berhubungan dengan kematian. Hal ini terkait dengan perubahan dalam ritme hidup yang akan berlangsung lama dan dalam kehidupan yang dijalani sehari-hari, juga dalam hubungan orang tua dan anak. Kehilangan adalah tema sentral dalam perceraian, sebagaimana terjadi dalam kematian; kehilangan kontak sehari-hari dengan salah satu atau kedua orang tua, kehilangan teman lama, sekolah yang sudah dikenal, tetangga, juga kehilangan kontak dengan keluarga yang lebih besar dari pihak ayah atau ibu, tergantung dengan siapa nantinya anak akan tinggal. Namun, tidak seperti kematian, walau bagaimanapun dalam perceraian masih terdapat pilihan dan walaupun merupakan sebuah krisis dalam hidup yang sangat khusus dan terus menerus melahirkan masalah-masalah baru, namun alternatif-alternatif penyelesaian yang baru pun dimungkinkan untuk dicapai.

REAKSI EMOSIONAL YANG UMUM TERHADAP PERCERAIAN

Bagaimana anak-anak bereaksi terhadap perceraian sangat tergantung pada usia mereka, tahap perkembangan, dan karakteristik kepribadiannya. Reaksi secara individual akan sangat bervariasi tergantung pada masing-masing anak, karena tiap anak hidup dalam lingkungan keluarga yang berbeda-beda, berbeda juga kelebihan dan kekurangannya, dan tergantung pada kebiasaan cara mereka mengatasi masalah. Persepsi terhadap rasa kehilangan interaksi dengan salah satu orang tua bukan hanya bervariasi antara anak yang satu dengan yang lain, tetapi juga dipandang secara berbeda oleh anak yang sama seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan usianya. Reaksi anak terhadap perceraian pada waktu perceraian itu terjadi juga berbeda dibandingkan dengan reaksi mereka beberapa bulan/tahun sesudahnya. Wallerstein dan Blakeslee (1989) menyimpulkan bahwa ” tidak ada seorangpun  yang dapat memprediksikan dampak jangka panjang dari sebuah perceraian terhadap seorang anak berdasarkan reaksi anak tersebut pada saat perceraian baru saja terjadi”. Secara mengejutkan Wallerstein dan Blakeslee menemukan bahwa anak-anak yang menjadi sangat menyusahkan, penuh kemarahan dan tertekan pada saat perceraian terjadi, ternyata mereka dapat menerimanya sepuluh tahun kemudian.

Review dari berbagai literatur menemukan bahwa anak-anak menampilkan beberapa  reaksi emosi yang umum terhadap perceraian. Pemahaman terhadap reaksi ini akan berguna dalam membantu anak melalui krisis pada awal-awal perceraian terjadi dan dalam mempermudah adaptasi jangka panjang yang harus mereka lalui terhadap perceraian itu sendiri.

 

1. Kesedihan akan rasa kehilangan keluarga

Wallerstein mengatakan, bagi anak, perpisahan atau perceraian orang tua secara emosional dapat disamakan dengan kematian orang tua. Anak tidak hanya menderita dan bersedih karena hilangnya kontak sehari-hari dengan salah satu orang tua, dan berkurangnya kontak dengan yang lain, tetapi juga bersedih karena kehilangan rasa aman dan kesejahteraan yang sebelumnya mereka rasakan dalam keluarga. Dalam respon kesedihan ini, termasuk didalamnya juga kebingungan, rasa marah, penyangkalan (tidak menerima kenyataan), tertekan, perasaan hampa dan tak berdaya.

 

” Ketika orang tuaku bercerai, aku sangat merindukan ayahku terutama saat makan malam. Aku selalu melihat kearah tempat duduk dimana biasanya ia duduk, aku merasa bahwa kini kami bukan sebuah keluarga lagi” – anak laki-laki, 10 tahun.

 

2. Cemas akan penolakan, diabaikan, dan perasan tak berdaya

Besarnya perasaan ditolak, biasanya disertai dengan keinginan untuk menyalahkan diri sendiri. Anak-anak menginterpretasikan orang tua yang meninggalkan rumah sebagai penolakan mereka untuk berada didekat anak-anak, dan bukan karena adanya permasalahan dalam perkawinan orang tuanya. Perasaan ini akan semakin besar saat tiba waktunya untuk berkunjung bagi orang tua yang meninggalkan rumah. Jika mereka tidak memenuhi janjinya untuk mengunjungi anak-anak, anak akan merasa ditolak dan merasa sangat tidak dicintai oleh orang tuanya. Anak-anak akan merasa bahwa orang tua yang bersama mereka sekarang juga akan melakukan hal yang sama suatu hari nanti. Mereka merasa sangat tidak berdaya untuk memperbaiki keadaan, untuk mencegah perceraian, dan untuk “memperbaiki ” keadaan orang tua mereka yang saling menyakiti.

 

Ketika ayahku pergi, aku terus bertanya-tanya, akankah ibuku juga pergi?” – Anak laki-laki, 8 tahun.

 

3. Kemarahan

Anak-anak yang terjebak dalam proses perceraian, sangat marah kepada orang tua mereka karena hanya memikirkan kepentingan dan diri mereka sendiri, dan menempatkan anak-anak ditengah-tengah konflik yang mereka alami. Banyak anak mengalami konflik kesetiaan ketika mereka dipaksa harus memilih atau untuk ikut dengan salah satu orang tuanya. Anak-anak sangat menderita karena jika mereka memilih salah satu orang tua, mereka merasa berkhianat atau menghianati orang tua yang satunya. Beberapa anak tidak menampakkan kemarahan mereka, dan menyimpannya diam-diam didalam hati karena mereka tidak ingin membuat orang tuanya semakin kesal. Setiap anak memiliki perbedaan dalam mengekspresikan rasa marah, diantaranya dengan cara tempertantrum (rewel dan cengeng), tingkah laku agresif terhadap orang lain, atau perasaan tak berdaya menghadapi berbagai situasi. Strangeland dkk (1989), menemukan bahwa anak-anak yang memiliki orang tua bercerai, dikatakan sangat marah pada ayahnya, memiliki masalah di sekolah, dan mengalami gangguan (sulit) tidur.

 

“..Aku rasa orang tuaku bertingkah seperti sepasang anak nakal yang sangat manja. Mereka bertingkah seperti bayi…mereka tidak peduli dengan perasaanku….aku hanya anak-anak” –Anak laki-laki, 8 tahun

 

4. Kepahitan (marah yang terpendam) dan rasa kesepian

Anak-anak biasanya akan mengalami perasaan pahit karena kemarahan yang terpendam, karena mereka tidak diajak bicara bahwa akan terjadi perceraian dan tidak adanya kesempatan untuk mendiskusikannya. Kurangnya komunikasi dalam hal ini seringkali diterjemahkan kedalam perasaan sepi karena hilangnya dukungan dari anggota keluarga, keluarga yang lebih besar dan teman-teman. Wallerstein dan Blakselee mengatakan bahwa hampir 50% keluarga yang mereka konsul, menunggu hingga terjadinya perceraian atau beberapa hari setelahnya untuk mengatakan kepada anak-anak bahwa orang tua akan bercerai. Hanya kurang dari 10 % dari anak-anak yang mereka teliti, memiliki orang dewasa yang memiliki empati untuk berkomunikasi dengan mereka sebelum perceraian diputuskan. Fakta lain yang cukup mengejutkan, ternyata kakek dan nenekpun sedikit sekali memberikan support pada saat anak-anak berada pada masa-masa kritis ini.

 

“Suatu hari aku pulang sekolah dan ibuku sudah tidak ada. Ayahku mengatakan bahwa mereka telah memutuskan untuk bercerai dua bulan sebelumnya, tetapi hari itu mereka bertengkar dan ibuku memutuskan pergi sebelum kami pulang dari sekolah. Aku berteriak-teriak dan menangis. Aku sangat marah karena mereka tidak mengatakannya pada kami. Sampai sekarang aku masih merasakan kepahitan dan kemarahannya”  –Anak perempuan, 12 tahun

 

5. Perasaan bersalah dan menyalahkan diri sendiri

Anak-anak seringkali berpikir dan percaya bahwa jika mereka tidak dilahirkan atau jika mereka menjadi anak yang lebih baik, tentu orang tua tidak akan meninggalkan mereka. Anak-anak marah dan menyalahkan orang tu (yang tidak memiliki hak asuh) yang meninggalkan rumah dan menyalahkan orang tua (yang memiliki hak asuh), karena membuat orang tua yang lain meninggalkan rumah. Anak-anak menyayangi kedua orang tuanya, dan takut kehilangan mereka. Perasaan marah anak kemudian digeneralisasikan kedalam perasaan bersalah. Rasa bersalah yang disertai kecemasan dapat menyebabkan sejumlah reaksi emosi pada anak.

 

“...ibu mengatakan bukan aku yang menyebabkan perceraian terjadi, tapi aku tetap merasa mereka bertengkar karena aku” –Anak laki-laki, 9 tahun

 

6. Perasaan cemas dan dihianati

Karena anak-anak merasa cemas bahwa hidup mereka akan selalu terganggu oleh adanya perceraian orang tuanya, anak-anak akan selalu merasa tidak pasti mengenai masa depan mereka, dan tentang sebuah hubungan. Remaja-remaja tertentu memiliki kesulitan untuk mempercayai orang lain, takut menyakiti mereka dan merasa dikhianati oleh orang tuanya. Beberapa anak memiliki perasaan malu dan ragu, menarik diri dan takut untuk dicintai dan mencintai. Anak-anak yang lain menyimpulkan bahwa mereka tidak berharga dan tidak pantas untuk dicintai.

 

” Ketika ayahku pergi, ibuku menangis sepanjang waktu dan mengurung diri di rumah. Lalu suatu hari ia bertemu seseorang dan kemudian berhubungan dengannya. Ibu meminta ayah membawa kami untuk pergi di akhir minggu, tetapi ayah mengatakan bahwa ia tidak bisa karena terlalu sibuk. Aku merasa sedih sekali karena tidak ada yang menginginkan kami bersama mereka” – Anak laki-laki, 12 tahun.

Untuk lanjutan artikel ini dapat dibaca di https://nsholihat.wordpress.com/2011/07/05/anak-anak-dan-perceraian-2-tugas-tugas-psikologis-yang-berkaitan-dengan-perceraian/

 

 

 

Read Full Post »


child abuse4

Sebagai orang tua, kita adalah garis terdepan support system yang dimiliki oleh anak-anak kita. Sehingga menjadi sangat penting bagi kita untuk memiliki saluran komunikasi yang bagus dengan mereka dan memiliki relasi yang dekat berlandaskan rasa saling percaya. Ketika anak-anak (berapapun usia mereka), memiliki permasalahan dalam hidupnya, kita ingin mereka menjadikan kita sebagai orang pertama yang mereka cari, kita ingin mereka merasa nyaman untuk bicara dengan kita sebebas-bebasnya.

Adalah penting juga bagi kita untuk memiliki kemampuan mengindentifikasi atau mengenali saat anak kita sedang bermasalah dengan emosinya. Biasanya anak-anak akan menyimpan sendiri berbagai perasaan ataupun emosi yang sedang mereka rasakan, terutama emosi negatif. Ketika mereka sedang memiliki masalah, biasanya mereka tidak akan bicara atau meminta bantuan. Mereka tidak sadar bahwa sebetulnya mereka punya bantuan yang tersedia, jika mereka membutuhkan. Sehingga, sekali lagi penting bagi orang tua untuk bisa mendeteksi secara dini, ketika terjadi sesuatu pada anak-anaknya dan bagaimana melakukan pendekatan dengan mereka untuk membantunya.

Membuat anak-anak untuk terbuka dan bicara, adalah sesuatu yang sangat menantang, it’s challenging! Banyak orang tua tidak mampu dan merasa gagal untuk mengajak anaknya bicara, dan kemudian harus meminta bantuan orang lain untuk bisa tahu apa yang dirasakan atau diinginkan oleh anaknya.

Dibawah ini terdapat beberapa tips yang bisa membantu untuk memulai pembicaraan dan untuk bisa memahami apa yang terjadi pada mereka.

• Buat mereka merasa aman dan nyaman
Jika ingin membuat mereka bicara, maka kita harus membuat mereka nyaman untuk bicara. Anak-anak perlu tahu mengapa kita ingin bisa bicara dengan mereka, atau mengapa mereka bisa bicara dengan kita, kita tidak akan menghakimi. Tujuan kita bicara dengan mereka adalah untuk memahami, sehingga kemudian bisa membantu. Anak-anak takut sekali jika mereka sudah melakukan kesalahan atau mereka menghadapi masalah yang besar. Mereka takut disalahkan, atau mereka akan dihukum, jika mereka bicara pada kita. Yakinkan pada mereka bahwa bukan itu intinya, dan bukan itu tujuan kita. Kita ada untuk memberi dukungan pada mereka. Bisa juga orang tua, membiasakan untuk berbicara pada anak-anak secara rutin, misal setiap makan siang, atau makan malam, atau saat menemani mereka belajar, atau saat akan mengantarkan anak-anak tidur. Bicarakan berbagai hal secara regular di waktu-waktu tertentu. Sehingga ketika mereka menghadapi masalah mereka sudah biasa bicara secara terbuka.

• Dengarkan mereka
Ini penting, meski simpel, tidak semua orang bisa mendengarkan. Dalam bahasa Inggris, mendengarkan memiliki dua pengertian, hearing dan listening. Meski keduanya memiliki arti sama, yaitu mendengar, tetapi ada perbedaan mendasar dari keduanya. Hearing adalah mendengar secara fisik, berkaitan dengan organ, dalam hal ini telinga. Kita semua bisa hearing jika telinga kita tidak ada masalah dalam fungsinya. Tetapi belum tentu bisa listening. Listening adalah mendengar dengan memahami, memaknai dan memilih respon yang tepat. Tidak semua yang disampaikan anak kita membutuhkan respon yang sama. Ada ungkapan yang bagus sekali untuk hal ini, “people tend to reply when they communicate, instead of understanding”. Ketika berkomunikasi, kita seringkali sibuk dengan ingin segera memberi respon, tanpa berusaha terlebih dahulu memahami. Kita bicara dengan anak kita bukan sekedar untuk merespon mereka, tetapi yang lebih penting adalah untuk memahami mereka.

• Affirmasi dan dukung mereka untuk mendapatkan pertolongan
Ketika anak-anak datang pada kita dan menyampaikan bahwa mereka sedang punya masalah, mereka marah, mereka sedih atau mereka kesal, atau mereka merasa telah melakukan kesalahan yang besar, Peluk mereka. Kemudian sampaikan bahwa kita merasa senang dan bangga, juga berterima kasih karena mereka sudah mau membagi apa yang sedang mereka rasakan ataupun hadapi. Affirmasi yang kita sampaikan, akan membuat mereka merasa diterima. Kita senang dan bangga karena mereka punya keberanian untuk bicara dan mengakui bahwa mereka punya masalah. Kita berterima kasih karena mereka percaya kepada kita, dan mau berbagi masalahnya. Jika kita tidak bisa membantu atau kita pikir mereka membutuhkan bantuan dari orang lain yang lebih ahli, tawarkan pada mereka bantuan tersebut. Bicara dengan guru BK- nya atau menemui psikolog, jika mereka bersedia.

• Tulus
Kendalikan reaksi dan ekspresi kita saat anak-anak sedang bermasalah. Tetapi juga jangan terlalu kaku dan teoritis. Jadilah diri sendiri, sebagai orang tua, kita punya cinta dan kasih sayang yang tidak dimiliki siapapun, termasuk orang yang ahli membantu sekalipun. Jadi bantulah anak kita pertama kali dengan modal yang kita punya, yaitu cinta dan kasih sayang yang tulus. Jika kita terbuka, bersikap apa adanya dan tenang, itu juga akan menenangkan mereka.

Beranilah untuk mengatakan tidak tahu
Sebagai orang tua, adalah wajar jika kita tidak tahu segala hal, atau kita tidak punya jawaban terhadap masalah anak kita. Jika kita tidak punya jalan keluar atau tidak tahu harus berbuat apa, katakan itu pada mereka. Tetapi pada saat yang sama, mereka juga harus tahu bahwa kita akan melakukan berbagai cara untuk mengatasinya, termasuk meminta bantuan ahli misalnya, dan kita akan berada bersama mereka ketika bantuan itu datang.

HATI-HATI DAN WASPADAI TANDA-TANDA KECENDERUNGAN BUNUH DIRI

Tindakan bunuh diri bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk oleh anak-anak dan ini bisa dicegah.Terkadang, anak-anak atau mereka yang sedang memikirkan untuk mengakhiri hidupnya, tanpa sadar atau sengaja, menyampaikan pesan-pesan atau tanda-tanda ingin melakukan hal tersebut. Misal dengan membaca atau memposting berita-berita tentang bunuh diri, memposting status di media sosial mengenai bunuh diri, atau melakukan tingkah laku-tingkah laku seperti orang yang bersiap-siap akan pergi jauh, membagi barang-barang miliknya kepada orang lain, menulis pesan-pesan yang bernada ‘selamat tinggal’ dll.

Dua langkah paling penting dalam mencegah tindakan bunuh diri adalah kenali tanda-tandanya dan segera cari pertolongan. Diantara tanda-tanda peringatan yang harus kita waspadai, adalah mengkonsumsi obat-obatan terlarang, alkohol, atau obat bebas yang dikonsumsi secara berlebihan, menolak sekolah atau prestasi belajar menurun drastis, mengatakan hal-hal yang berkaitan dengan kematian atau melukai diri sendiri. Selalu temani mereka dan jangan biarkan mereka sendiri walaupun sebentar, termasuk saat mereka ke kamar mandi. Segera lakukan pertolongan pertama, jika terlanjur telah terjadi sesuatu dan segera hubungi pihak-pihak yang berkaitan. Bersikaplah tenang.

anak sedih

Sumber: Sebagian besar diambil dari artikel http://www.apa.org/helpcenter/help-kids.aspx, dengan beberapa penambahan

Read Full Post »


sress

Stres merupakan hal yang esensial bagi kehidupan. Tanpa stres tidak ada kehidupan, namun kegagalan dalam mereaksi stressor merupakan pertanda kematian (Hans Selye – peneliti stress sejak 1928)

Definisi Stres
Stres merupakan fenomena psikofisik yang manusiawi, dialami oleh setiap orang dengan tidak mengenal jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan, atau status sosial. Stres dapat memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap individu. Secara positif, stres akan mendorong individu untuk waspada, melakukan sesuatu, membangkitkan kesadaran, dan menghasilkan pengalaman baru. Secara negatif, stres akan menimbulkan rasa tidak percaya diri, penolakan, marah, depresi, yang memicu munculnya penyakit seperti sakit kepala, sakit perut, insomnia, tekanan darah tinggi, atau stroke.
Menurut Dadang Hawari (1997 : 44-45), istilah stres tidak dapat dipisahkan dari distress dan depresi karena satu sama lainnya saling terkait. Stres merupakan reaksi fisik terhadap permasalahan hidup, dan apabila fungsi organ tubuh sampai terganggu, dinamakan distress. Sedangkan depresi merupakan reaksi kejiwaan terhadap stressor yang dialaminya.

Gejala Stress
Asosiasi Stres Amerika (American Stress Association), mengindentifikasi ada kurang lebih 50 gejala yang muncul pada seseorang ketika mengalami stres. Diantaranya adalah sebagai berikut:
– Gejala fisik di antaranya seperti gigi gemeletuk, sakit kepala, sakit lambung (maag), hipertensi (darah tinggi), sakit jantung atau jantung berdebar-debar, insomnia, mudah lelah, kurang selera makan, dll.
– Gejala psikis dari stres meliputi gelisah atau cemas, sulit berkonsentrasi, sikap apatis, sikap pesimis, hilang rasa humor, sering melamun, bersikap agresif, dll. Gejala-gejala tersebut kecenderungan awal dari seseorang yang mengalami stres dalam hidupnya

Sumber Stres

sources-of-stress

Dinamika Stres

brain lopp stress

Tahap Reaksi terhadap Stres
1. Reaksi alarm –> Terjadi ketika individu merasakan adanya ancaman, yang kemudian meresponsnya dengan fight atau flight
2. Resistensi/ bertahan –>Terjadi apabila stres itu berkelanjutan, terjadi perubahan fisiologis yang mengimbangi sebagai upaya mengatasi ancaman
3. Exhaustion/Kelelahan –>Terjadi apabila stres terus berkelanjutan di atas periode waktu tertentu, sehingga organisme mengalami sakit.

Dampak Stres Secara Fisiologis
1. Sistem Syaraf
Sistem syaraf simpatetik memberi sinyal kepada kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon adrenalin & cortisol –> detak jantung lebih cepat, tekanan darah meningkat, proses pencernaan terganggu dan jumlah glukosa dalam darah meningkat tajam –> jika bisa diatasi maka sistem tubuh secara keseluruhan akan normal kembali.
2. Otot/persendian dan rangka tubuh
Pada saat stress, otot menjadi lebih tegang. Kontraksi otot yang sering dan periodik akan memicu rasa sakit kepala, migrain dan kondisi lainnya.
3. Sistem Pernafasan
Stres dapat membuat kita bernafas lebih cepat dan lebih berat –> hiperventilasi, yang dapat membuat seseorang mengalami serangan kepanikan
4. Sistem peredaran darah
Stres yang sifatnya sebentar, seperti saat terjebak macet, akan meningkatkan detak jantung dan membuat kontraksi yang lebih kuat pada otot-otot tubuh. Pembuluh darah yang mengalirkan darah ke otot-otot besar dan ke jantung, akan meningkatkan jumlah darah yang dipompakan ke bagian tubuh tersebut. Pada kondisi stres berat yang terjadi secara berulang akan menyebabkan peradangan pada arteri koroner, yang bisa menyebabkan seseorang mengalami serangan jantung.

5. Endokrin/kumpulan kelenjar & organ penghasil hormon.
Kelenjar Adrenal
Ketika tubuh kita merasa stres, maka otak akan mengirim sinyal dari hypothalamus sehingga menyebabkan cortex adrienal untuk menghasilkan hormon cortisol, dan adrenal medulla menghasilkan epinephrine –> keduanya disebut sebagai hormon stres
Liver
Ketika cortisol dan ephinephrine dilepas, maka liver akan menghasilkan lebih banyak glukosa/gula darah yang akan memberi kita energi untuk melawan (fight) atau menghindar/pergi (flight)
6. Gastrointestinal/ sistem pencernaan
Kerongkongan
stres bisa membuat seseorang menjadi lebih banyak makan atau sebaliknya. Stres juga bisa membuat seorang perokok menambah jumlah rokok yang dikonsumsinya, begitu pula pada peminum minuman keras. Hal ini akan membuat seseorang mengalami rasa panas diperut, atau asam lambung meningkat tajam.
Perut
Perut bisa bereaksi seperti ada ‘kupu-kupu’ didalamnya, atau merasa mual juga sakit
Usus Besar
Stres bisa membuat sistem pencernaan bekerja lebih cepat dan makanan yang kita makan terserap lebih cepat. Hal ini kadang membuat seseorang mengalami diare atau konstipasi.
6. Sistem reproduksi
Pada laki-laki, jumlah kortisol yang berlebihan diproduksi pada saat stres dapat mempengaruhi fungsi normal sistem reproduksinya. Stres yang akut bisa merusak testosteron dan produksi sperma dan bisa menyebabkan impotensi.
Pada perempuan, stres bisa membuatnya tidak mengalami menstruasi atau jadwal menstruasi menjadi terganggu. Atau bisa juga membuat rasa sakit yang diderita selama menstruasi menjadi lebih kuat. Bisa juga membuatnya kehilangan keinginan seksual

Manajemen Stress

stress-reducing-methods
Saat tubuh menunjukkan gejala-gejala awal yang menandakan kita mengalami stres, maka lakukan hal ini:
1. Relaks,  tarik nafas, dengarkan musik, meditasi, ibadah.
2. Olahraga –> tubuh yang stres, perlu pasokan oksigen dan darah yang lancar, maka olahraga akan membantu otak mendapat suplai keduanya dengan lancar.
3. Lakukan Hobby atau kegiatan yang diminati
4. Kelola hidup dan waktu –> kenali apa yg bisa memicu stres, hindari, kelola waktu dengan tidak menumpuk pekerjaan/masalah dll untuk diselesaikan di waktu yang bersamaan/sempit/mepet
5. Bersyukur –> semua orang punya ujian dan masalah sesuai dengan kemampuan masing-masing, hindari membandingkan diri dengan orang lain, syukuri dan nikmati pemberian dari Tuhan, karena Tuhan tidak pernah salah (memberi jodoh, memberi rejeki, memberi fisik, kemampuan dll)
6. Kembali ke alam  –> nikmati suasana, ganti suasana, liburan, tinggalkan gadget sejenak, yoga, dll
7. Terapi –> tergantung pada seberapa parah dan apa penyebabnya/akarnya

Read Full Post »


prabowo jokowi

Hmmm…Geregetan banget sama hiruk pikuk saling membuka aib dan kesalahan masa lalu orang lain berkaitan dengan pemilu capres Juli mendatang. Mereka yang menghujat kubu lawannya, udah kayak orang kekurangan kesalahan aja, berghibah dan memfitnah sana sini. Dan mereka yang membabi buta membela jagoannya, udah kayak orang yang tahu dari lahir, tumbuh bareng-bareng dan kenal luar dalam orang yang dibelanya aja. Empet banget. Kalo kata orang Betawi.

Saya sendiri, tidak terlalu peduli dengan hasil survey, (wong yang survei juga dibayarin kok sama yang minta nyurvei, jangan-jangan yang disurvey ya dibayar juga sama yang minta nyurvei… wkwk!), kampanye hitam, kampanye putih, apalagi pencitraan dan debat di tv sekalipun, karena menurut saya semuanya itu non reality show, bukan reality show ya…hasil setting-an, sama kayak artis pengen ngetop, bikin berita setting-an, jadi gak terlalu signifikan juga mempengaruhi pilihan saya.

Saya sudah buat keputusan siapa presiden yang akan saya pilih jauh sebelum hiruk pikuk ini dimulai, saya lebih percaya feeling dan getaran hati saya yang bilang, “wah keren nih kalo dia jadi presiden!”, done. Begitu aja, sampai sekarang juga saya masih konsisten dengan pilihan saya itu. Tinggal nanti pada tanggal 9 Juli, malamnya istikharah, baca do’a dan baca bismillah sebelum nyoblos surat suara, supaya pilihan saya direstui sama Allah.

Jadi nanti, Kalo ternyata pilihan saya gak sekeren yang saya pikir, ya..itu urusan dia sama Tuhan-lah, bukan urusan saya. Yang penting saya sudah melaksanakan tugas saya untuk ikut kontribusi mengubah nasib bangsa ini, sesuai kapasitas saya sebagai warga negara, yang disemangati oleh  perintah Tuhan saya, di Qur’an Surat Ar-Ra’d: 11.  “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. Aamiin.

Saya ingin bangsa ini lebih baik, dengan memiliki calon presiden yang saat ini saya pikir bisa mengubah keadaan menjadi lebih baik. Bismillah…

Kalo mau dibuat sederhana, semua keributan ini sebetulnya juga bisa kok dibuat gak serame ini. Cuma, media baik elektronik maupun cetak, pasti gak akan bikin proses ini jadi sederhana, lah wong bisnis mereka kan memang meramu berita paling buruk menjadi semakin buruk supaya medianya laku. Bad news is good news katanya. Semakin bad seseorang ya semakin good-lah  buat bisnis mereka. Sesederhana itu.

Bagusnya buat saya, walaupun puyeng bin empet ngikutinnya, adalah keributan ini jadi mendorong saya jadi agak banyak baca dan lumayan rajin cari tahu tentang track record keduanya. Nah, inilah sedikit hasil belajar politik  kelas playgroup, yang saya dapat dari beberapa media. Saya bahas sesuai no urut capres ya…

Prabowo

Kesalahan terbesar Prabowo adalah terlibat penculikan aktivis tahun 1998. Isu ini pasti menarik kalo dijual oleh kubu lawan politiknya sekarang. Padahal dulu lawan politiknya, berpasangan sama beliau maju di pemilu capres yang dimenangkan SBY. Hehehe…tuh kan tos rieut diawal mula ge…kalo kata orang sunda. Kenapa dulu mau nyalon sama Prabowo kalo memang dia bermasalah ya…gagaro teu ateul jadina mah kalo kata orang sunda lagi. Tolonglah kalo mau, dijawab dulu masalah ini biar clear oleh kubu lawannya, kenapa sekarang jadi masalah, dulu nggak?

Jadi kalo menurut saya, kalo isu ini sekarang dimunculkan lagi, lebih banyak muatan politiknya, daripada niat penegakkan hukum dan HAM-nya. Terus, hasil dari kesalahan ini adalah, Prabowo sudah diberhentikan dari karir militernya yang sangat cemerlang, linknya ada disini www.tempo.co.read/news/…/ini-alasan-Prabowo-Dipecat-Sebagai-perwira , atau http://m.kompasiana.com/post/read/659550/1/benarkah-prabowo-dipecat-dari-tni-karena-penculikan.html , lalu terusir dari negara ini, sampe pernah ditawarin jadi warga negara Jordania, tapi dia gak mau, dan diatas semua itu, dia kehilangan istri dan anaknya, dipaksa bercerai, dan dianggap berkhianat  oleh keluarga besar istrinya.  Saya pikir, kalo secara norma sosial, kelihatannya, Prabowo sudah menerima konsekuensi dari keterlibatannya,  itu menurut saya loh.  Walaupun secara hukum positif mungkin belum. Sementara atasannya, ga ada yang menerima konsekuensi apapun tuh dari apa yang dilakukan Prabowo. Padahal kalo di militer kan jelas komandonya ada dimana.

Eh, yang menarik adalah,  salah dua dari atasan Prabowo itu, pernah pengen nyalon jadi capres loh…tapi dua-duanya gak berhasil, yang satunya bahkan sampe dua kali nyapres, dan dua kali gagal. Ayo… jangan sok naif, masa sih keduanya, sedikiiiiiit….aja gada iri bin sirik, ngeliat anak buah yang mereka berhentikan itu, sekarang mau jadi capres dan laku. Dan menariknya lagi, keduanya sekarang ada di kubu yang bersebrangan dengan Prabowo. Tet..Tot!

Coba cek disini http://www.merdeka.com/politik/mantan-pangdam-v-brawijaya-prabowo-korban atau  https://www.facebook.com/mashikam/post/373163209311#newsfeedheading  atau http://m.kaskus.co.id/thread/537ec6ffc807e794698b4599/membuka-tabir-keterlibatan-wiranto/

Nah lalu, aktivis-aktivis yang diculik Prabowo, kan udah dilepaskan, sekarang masih pada hidup, diantaranya adalah Pius Lustrilanang yang kemudian masuk gerindra, sekarang duduk manis di Banggar DPR, Desmon J. Mahesa juga ikut Prabowo di Gerindra, Haryanto Taslam, masih nongkrong di PDIP, dan Andi Arif (ini yang jadi  salah satu staf ahli presiden SBY bidang bencana bukan ya?). Tinggal ditanyalah sama mereka. Kayak apa sih Prabowo waktu nyulik mereka, mereka diapain, kok bisa dilepasin, supaya kita tahu. Mungpung mereka masih hidup, jadi bisa kita dengar langsung dari saksi korban yang betul betul real, bukan korban jadi-jadian. Ayo dong media, minta mereka bicara, biar masyarakat tahu dan koran/ TV anda laku!. Kalo Pius sudah ngomong disini https://id.berita.yahoo.com/pius-lustrilanang-sebagai-korban-penculikan-saya-merasa-terhina, atau http://www.tempo.co/read/news/2013/10/28/078525234/Pernah-Diculik-Pius-Prabowo-Tak-Bersalah,  kita tunggu yang lain, pada mau ngomong ga? Katanya pengen dibuka sejelas-jelasnya kasus ini.

Jokowi

Kesalahan besar jokowi kalo menurut saya adalah, dia dua kali tidak menyelesaikan mandat yang diberikan rakyat kepadanya. Satu mandat rakyat Solo, karena seharusnya masa jabatan beliau di Solo kan baru berakhir 2015. Dan satu lagi mandat rakyat di Jakarta, wong jadi gubernurnya juga baru sebentar, langsung naik tingkat, pengen jadi capres. Padahal sumpah jabatan baik sebagai Walikota Solo maupun sebagai Gubernur Jakarta, kan dilakukan dibawah Qur’an, diawali dengan kata “Demi Allah saya bersumpah….dst”,  redaksionalnya ada disini http://www.djpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2013/bn824-2013lamp.pdf  disaksikan oleh negara dan rakyat.

Nah itu pengkhianatan tertinggi kalo menurut saya. Kesalahan besar juga, walaupun dia gak nyulik orang.  Tuhan, kitab suci, dan rakyatnya, semua dia khianati. Baiknya sih para pendukung juga menanyakan ini,  apakah bisa  yakin, kalo Jokowi  gak bakal berkhianat dengan sumpah dan janjinya sekarang. Padahal dua kali dikasih mandat, dua kali tidak dia penuhi sampai selesai. Kalo kata agama saya,  diantara  ciri-ciri orang munafik adalah jika dipercaya khianat dan jika bicara dia berdusta. Nah….pegimana tuh.  Tolong kasih penjelasan dong!

Sayangnya, kok Kubu Prabowo gak nyerang jokowi dengan ini ya waktu debat kemarin, padahal kubu Jokowi nyerang Prabowo langsung dengan kesalahan terbesarnya, wkekeke…..(saya sih ga nonton acaranya waktu itu, saya milih nonton acara tv lokal yang menyiarkan acara kecapi suling dan tembang sunda).  Males aja rasanya nonton acara debat boongan kayak gitu dan hasilnya gak ngaruh juga sama pilihan saya.

Padahal kayaknya bakal menarik tuh, untuk bisa tahu apa pendapat dan pembelaannya mengenai hal ini. Jokowi bilang kan, demokrasi itu mendengarkan rakyat, bicara dengan rakyat, makanya metode demokrasinya, demokrasi blusukan. Kalo tugasnya bicara  dengan rakyat selama lima tahun baik di Solo maupun di Jakarta, belum dia selesaikan, itu gimana? Norma dan hukum apa yang dilanggar? Hehee…Masih adalah sedikit hubungannya dengan tema debat kemarin tentang Membangun Demokrasi, Pemerintahan yang bersih dan penegakkan hukum, hihihi.. maksa.com.

Sambil berkhayal, Saya coba rumuskan kira-kira pertanyaannya mungkin begini, “Menurut anda Pak Jokowi, apa sebutan bagi seorang pemimpin yang sudah diberi mandat oleh rakyat, kemudian dia tinggalkan mandat itu untuk meraih kekuasaan yang lebih besar?”. Terus Pengen tahu juga, kira-kira mau jawab apa JK kalo pertanyaannnya kayak gini, “Pak JK rencana pengelolaan negara seperti apa yang sudah anda siapkan, jika anda berpasangan dengan seorang pemimpin yang pernah anda sebut akan hancur kalo dia jadi presiden?”, linknya ada disini http://nasional.inilah.com/read/detail/2103813/hancur-kita-kalau-jokowi-jadi-capres.

Nah, Jadi kesimpulannya kalo menurut saya, dua-dua pasangan itu manusia biasa kok, punya kekurangan dan kesalahan, kayak kita aja, bukan malaikat yang suci dan bersih. Jadi cara ngedukungnya,  ya biasa-biasa aja keles…jangan lebay gitu kalo kata ABG sekarang mah… hehehe….

Wallahu a’lam Bishshowwab

Daripada lieur, mending liat senyum Caesar aja ah….

caesar keep smile

(Tulisan ini dibuat untuk lucu-lucuan aja, dalam rangka mengurangi stres saya yang sedang stres pilih materi dan menyusun makalah, untuk presentasi seminar stres hari minggu besok, ah…stres…kau memang bikin stres!)

Read Full Post »

« Newer Posts